Menjaga Kondisi Jalan dengan Metoda Scrapping, Filling, Overlay (SFO) Pada Proyek Pekerjaan Pemeliharaan Periodik Jalan

Menjaga Kondisi Jalan dengan Metoda Scrapping, Filling, Overlay (SFO) Pada Proyek Pekerjaan Pemeliharaan Periodik Jalan

 

Seringkali ketika kita sedang berkendara di jalan, terutama di jalan tol, menemukan adanya kemacetan setempat (bottleneck) yang disebabkan oleh kegiatan proyek konstruksi pada jalan tersebut. Pada umumnya, kegiatan proyek konstruksi yang dilakukan pada jalan eksisting merupakan pekerjaan pemeliharaan jalan untuk menjaga kondisi kualitas jalan tetap dalam keadaan baik, diantaranya kerataan jalan yang layak, tidak ada lubang, marka jalan yang lengkap dan terlihat secara jelas, tidak ada genangan air, dan tidak ada penurunan atau deformasi pada perkerasan jalan. Pekerjaan pemeliharaan tersebut yang dilakukan secara periodik ini seringkali dilakukan dengan metoda Scrapping, Filling, dan Overlay (SFO).

 

Pekerjaan SFO ini terdiri atas tiga pekerjaan utama, yaitu scrapping adalah pengupasan perkerasan lama menggunakan Cold Milling. Dan dua pekerjaan lainnya adalah Filling dan Overlay adalah pengukuran suhu hotmix, penghamparan aspal menggunakan Asphalt Finisher, serta pemadatan aspal menggunakan Tandem Vibratory Roller dan Pneumatic Tire Roller.

 

METODA SCRAPPING, FILLING, OVERLAY

Metoda Scrapping, Filling, Overlay (SFO) secara umum dilaksanakan dengan pertimbangan desain perencanaan ulang tebal (overlay) jalan. Desain overlay jalan menggunakan metoda analisis tebal overlay yang mengacu dari SNI 03-1732-1989 tentang Tata Cara Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisis Komponen.

 

Waktu pengerjaan SFO seringkali diselesaikan dalam waktu beberapa jam saja. Terutama untuk pekerjaan pemeliharaan periodik pada jalan tol. Hal ini dikarenakan proses perizinan oleh direksi pengelelola jalan tol hanya dikeluarkan dari Jam 20.00 – 22.00 malam dan harus tuntas dengan Jam 05.00 Pagi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi gangguan pada kondisi lalu lintas dimana pada malam hingga pagi hari, beban lalu lintas sedikit bila dibandingkan dengan siang hari. Tetapi tidak memungkinkan waktu pekerjaan yang lebih lama bila jumlah atau panjang jalan yang harus diperbaiki cukup banyak.

 

Keseluruhan proses pekerjaan SFO harus dilakukan dalam area yang terlindungi. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan rambu-rambu sementara dan pemasangan traffic cone para area pekerjaan. Hal pertama dalam pelaksanaan SFO adalah menentukan lokasi yang akan dilakukan perbaikan dengan cara survey pemetaan (lihat Gambar 1). Survey pemetaan umumnya dilakukan dengan menggunakan alat teodolit. Ketika lokasi sudah ditentukan, maka pekerjaan SFO dapat dilakukan.

 

Gambar 1. Pemasangan traffic cone sebagai langkah keamanan pada konstruksi di jalan

 

Pekerjaan utama pertama pada SFO adalah proses scrapping atau mengupas jalan. Proses scrapping dilakukan dengan menggunakan alat berat scrapper cold milling dan atau ekskavator bila dibutuhkan (untuk jalan beton). Namun, tidak seluruh lapis perkerasan harus dikupas. Hanya lapisan perkerasan yang telah mengalami penurunan kualitas yang harus dikupas. Pemeriksaan kualitas umumnya dapat dilakukan dengan metoda coring dan atau pemeriksaan lendutan dengan FWD.

 

Setelah lapis perkerasan yang telah rusak dikupas, hasil pengupasan akan dikumpulkan dalam dump truk (selanjutnya aspal akan dibuang atau dapat didaur ulang). Tahap berikutnya adalah proses filling dan overlay. Proses filling dan overlay, yaitu penghamparan lapis aspal yang baru. Proses penghamparan aspal menggunakan alat berat bernama asphalt finisher, dan dilanjutkan dengan proses pemadatan aspal menggunakan tandem vibratory roller dan pneumatic tire roller. Setelah proses pemadatan, maka jalan harus disemprot dan dibersihkan. Langkah terakhir adalah proses demobilisasi seluruh alat-alat berat dan peralatan pendukung lainnya. Setelah itu, traffic cone (kerucut lalu lintas) yang menutupi area konstruksi kembali dikumpulkan dan jalan dapat dibuka untuk lalu lintas.

 

PERALATAN YANG DIBUTUHKAN DALAM PEKERJAAN SFO

Guna menyelesaikan pekerjaan SFO, terdapat beberapa peralatan utama yang diperlukan, diantaranya adalah Cold Milling dan dan dump truck (lihat Gambar 2) untuk proses pengupasan dan pengumpulan aspal yang telah dikupas, asphalt finisher untuk proses filling dan overlay (lihat Gambar 3), serta tandem vibratory roller dan Pneumatic Tire Roller (lihat artikel terkait). Proses pengupasan pada jalan beton dilakukan dengan alat berbeda, yaitu dapat dilakukan dengan excavator atau backhoe yang dilengkapi dengan jack hammer (lihat Gambar 4 dan Gambar 5).

 

Gambar 2. Pengupasan aspal (scrapping) dengan alat berat cold milling (sumber: forconstruction)

 

Gambar 3. Filling and Overlay dengan asphalt finisher (sumber: Niigata masaden)

 

Gambar 4. Pengupasan (scrapping) beton dengan jack hammer yang dapat dipasang pada excavator atau backhoe (sumber: freepik)

 

Gambar 5. Jack hammer yang dipasang pada backhoe (sumber: taxdzgmix)

 


REFERENSI

  1. Direktorat Jenderal Bina Marga. Manual Desain Perkerasan Jalan. Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia. 2013.
  2. Jimmy Ramadhan Azhari. 2019. Pemeliharaan Konstruksi Jalan Tol Jakarta Cikampek. https://bandung.kompas.com/read/2019/07/28/14515421/pemeliharaan-konstruksi-jalan-tol-jakarta-cikampek-ini-rekayasa-lalu
  3. Jessica Lombardo. 2018. https://www.forconstructionpros.com/asphalt/article/21019177/what-to-know-before-buying-a-milling-machine
  4. Marga Maju Mapan. 2020. http://margamajumapan.com/en/
  5. Mas Aden. 2014. Niigata Asphalt Finisher Moving Backwards. Youtube https://www.youtube.com/watch?v=NjpTr0Qcud0
  6. Focus Technology. 2020. https://taxdzgmic.en.made-in-china.com/product/
  7. Pngegg. 2020. Google images.
  8. Etisomboon. 2020. Freepik images.

 


PENULIS

ALI ARYO BAWONO, Dr.-Ing. adalah seorang pakar dalam bidang teknik sipil dan infrastruktur transportasi perkotaan yang memiliki lebih dari 14 tahun pengalaman. Dengan keahlian praktis dalam manajemen proyek dan program, analisis teknis dan kebijakan, model bisnis, serta pengembangan kapasitas, Bawono memiliki keterampilan yang lengkap. Ia meraih gelar Ph.D. dalam bidang Ilmu Material dari Nanyang Technological University (NTU) di Singapura, gelar M.Sc. dalam Sistem Transportasi dari Technische Universität München (TUM) di Jerman, serta gelar Sarjana Teknik Sipil dari Institut Teknologi Bandung.


KOMENTAR & BAGIKAN

Berikan komentarmu dan atau saran untuk meningkatkan kualitas artikel ini di kolom komentar! Anda juga dapat membagikan artikel ini kepada teman-teman atau kerabat yang sedang mencari informasi terkait melalui link sharing pada judul artikel.


Terima kasih telah membaca Beta Infrastructure Review