Kami menggunakan cookies untuk membuat pengalaman Anda lebih baik. Untuk mematuhi petunjuk e-Pribadi yang baru, kami perlu meminta persetujuan Anda untuk menyetel cookies. Pelajari lebih lanjut .
Jembatan Kretek II yang berlokasi Desa Parangtritis, Bantul, Daerah Istimewa (D.I.) Yogyakarta menjadi salah satu daya pikat para ahli mancanegara. Pada akhir tahun 2022, jembatan ini menjadi salah satu lokasi Technical Visit (Kunjungan Teknis) bagi para tenaga ahli praktisi dan akademisi bidang teknik sipil dan lingkungan. Setidaknya, tenaga ahli lebih dari 20 negara hadir dalam kunjungan tersebut. Jembatan yang berada di atas Laguna Pantai Depok ini juga menjadi daya tarik baru bagi masyarakat setempat dan turis lokal dikarenakan keindahan bentuk jembatan dan ornamennya.
Gambar 1. Ilustrasi Jembatan Kretek II (sumber: cipta anak bangsa)
Yuk, kita cari tahu apa saja inovasi infrastruktur dan unsur budaya yang melekat pada bangunan Jembatan Kretek II! Kita simak juga pengalaman dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Julian Situmorang tentang kesannya selama pembangunan tersebut dan bagaimana dia mengatasinya.
Jembatan Kretek II menjadi salah satu infrastruktur penting karena dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, khususnya pada Provinsi D.I. Yogyakarta, dan secara umum daerah-daerah di pulau Jawa. Jembatan ini menjadi bagian penting dari konektivitas Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) Jawa yang membentang dari Provinsi Banten hingga Jawa Timur.
Jalur Jalan Pantai Selatan (Pansela) Jawa sepanjang 1.604 km membentang dari Banten hingga Jawa Timur terkenal akan kawasan pariwisata pantai. Peningkatan kondisi jalan Pansela Jawa diharapkan dapat menjadi jalur wisata wilayah pesisir pantai selatan serta memperlancar konektivitas Pulau Jawa bagian selatan. Hal ini juga dapat mengurangi kesenjangan dengan wilayah Pantai Utara (Pantura) Jawa yang memiliki pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.
Jembatan Kretek II memiliki total panjang 2.015 meter. Jembatan ini membentang di atas Sungai Opak dan menghubungkan antara Desa Tirtohargo dengan Desa Parangtritis, tepatnya menjembatani dua ruas jalan Kretek-Samas dan Poncosari-Greges (lihat Gambar 2).
Gambar 2. Jembatan Kretek II (sumber: Dokumentasi Proyek)
Jembatan Kretek II dikonstruksi pada daerah Sesar Opak yang memiliki potensi gempa. Sehingga jembatan ini sedari awal direncanakan dan didesain dengan mempertimbangkan faktor keselamatan. Berbagai teknologi dan inovasi digunakan pada tahap perencanaan dan konstruksi jembatan ini. Diantaranya, survey paleoseismologi dan pemindaian geolistrik telah dilakukan untuk menentukan lokasi dan lebar Sesar Opak. Para ahli geologi berkontribusi dalam analisis desain jembatan ini.
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Danny Dkk, terdapat Sesar Opak yang membentang dari arah Timur Laut sampai Barat Daya pada dataran cekungan Yogyakarta di barat Pegunungan Kidul. Berdasarkan hasil analisis, sesar ini memiliki panjang hingga 40 km. Lokasi sesar diabadikan pada signage yang dipasang di dekat jembatan (Lihat Gambar 3).
Inovasi fitur resiliensi tahan gempa juga disematkan pada Jembatan Kretek II, yaitu Mechanical Stabilizer Earth (MSE) Wall yang dapat berfungsi untuk melokalisir kerusakan akibat gempa sehiingga kerusakan tidak merambat ke seluruh elemen struktur jembatan.
Inovasi Lead Rubber Bearing (LRB), yaitu laminated elastomeric isolator yang memiliki ketahanan guncangan gempa digunakan pada jembatan ini. Isolator ini memiliki ketahanan peredaman hingga lebih dari 30%. LRB yang digunakan pada Jembatan kretek II ini memiliki ukuran yang jauh lebih besar daripada Bearing Pad yang umumnya digunakan pada jembatan biasa. Oleh karena itu, expansion joint menjadi lebih lebar, yaitu 50 cm berbanding dengan 4 cm.
Gambar 3. Penanda Sesar Opak pada Jembatan Kretek II (sumber: Dokumentasi Proyek)
Guna meningkatkan faktor keselamatan, penggantian tanah setempat yang berpotensi likuifaksi dengan kedalaman setidaknya 3 m juga dilakukan. Terlebih lagi, pondasi diperkuat dengan penggunaan pancang khusus hingga kedalaman lapisan tanah yang tidak memiliki potensi likuifaksi.
Gambar 4. Proses konstruksi Jembatan Kretek II oleh Kementerian PUPR (sumber: PUPR)
Inovasi Structural Health Monitoring System (SHMS) juga telah disematkan pada Jembatan Kretek II sehingga dapat melakukan monitoring kinerja pada jembatan. Berbagai sensor telah disematkan pada jembatan, diantaranya: accelerometer, jointmeter, creepmeter, dan seismometer, dan DAU-test controller.
Jembatan Kretek II memiliki keunikan tersendiri dikarenakan tingginya nilai keindahan jembatan yang sarat dengan unsur seni dan budaya. Jembatan ini dipenuhi dengan ornamen seni Luku atau Bajak Sawah yang juga memuat filosofi Among Tani Dagang layar. Filosofi yang sangat kental dengan budaya lokal. Filosofi ini juga diterapkan pada ornamen jembatan seperti lampu Penerangan Jalan Umum, railing parapet, hingga art lighting yang dapat dilihat pada malam hari.
Desain Tugu Luku yang menjadi ciri khas utama Jembatan Kretek II menjadi landmark penting. Luku yang merupakan alat bajak sawah adalah bentuk wujud agraris budaya masyarakat Yogyakarta (lihat Gambar 5 dan 6). Luku juga merupakan singkatan dari “Laku Urip Kang Utama“ yang memiliki makna “Proses dan Jalan Hidup yang Utama”. Hal ini senada dengan makna jembatan yang menghubungkan dua daerah yang sebelumnya terpisah oleh Sungai Opak.
Gambar 5. Desain Tugu Luku (sumber: cipta anak bangsa)
Gambar 6. Inspirasi Luku untuk bajak sawah (sumber: Museum Tani Jawa)
Selain itu, jembatan ini juga dihiasi dengan penanaman dan pemasangan model pot untuk tanaman di sepanjang jalur pedestrian jembatan. Desain Railing Parapet Jembatan Kretek II menggunakan ornamen desain Burung Kuntul yang sangat erat kaitannya dengan budaya pertanian dan sawah (lihat Gambar 7).
Gambar 7. Ornamen burung Kuntul pada parapet jembatan (sumber: cipta anak bangsa)
Penerangan Jalan Umum (PJU) Jembatan Kretek II didesain menyerupai bentuk padi karena menggunakan filosofi padi, yaitu “Padi semakin dewasa dan matang semakin merunduk”. Filosofi tersebut memiliki makna yang mengajarkan manusia untuk selalu rendah hati dengan kemampuan dan intelektual yang semakin tinggi.
Gambar 8. PJU yang menyerupai bentuk padi (sumber: Dokumentasi Proyek)
Jembatan ini juga dilengkapi dengan edupark yang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau. Edupark ini ditanami berbagai jenis tanaman dan pohon hias. Di antaranya, Asem Jawa dan Bougenville, Pule, Tabebuya, dan Mahoni yang mampu menyerap Karbon Dioksida sehingga dapat mengurangi polusi suara.
Kita simak juga hasil korespondensi dengan pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Julian Situmorang tentang tantangan terbesar yang dia alami selama pembangunan tersebut dan bagaimana dia mengatasinya.
Menurut PPK Julian, tantangan terbesar pada pembangunan Jembatan Kretek II adalah waktu pelaksanaan yang cukup singkat. Total masa pelaksanaan pembangunan Jembatan Kretek II adalah 24 bulan, tetapi pada 11 bulan pertama, progress dituntut untuk mencapai 65% dikarenakan proses alokasi anggaran pada tahun pertama jauh lebih besar dibandingkan dengan alokasi anggaran pada tahun kedua. Sehingga, manajemen proyek dan monitoring pelaksanaan harus dijaga dengan cermat dan seksama.
Tantangan selanjutnya yang cukup signifikan adalah melakukan penyesuaian desain karena adanya pemutakhiran (updating) data gempa yang diperoleh pada masa pelaksanaan. Untuk menghindari keterlambatan pelaksanaan, PPK Julian bersama tim harus melakukan penyesuaian pada beberapa metoda pelaksanaan seperti pekerjaan pondasi dań proses erection. Penyesuaian dan perubahan desain yang dilakukan harus disesuaikan, agar pekerjaan lapangan tetap dapat dikerjakan secara paralel dengan proses persetujuan terhadap perubahan desain.
Tugas PPK tidak hanya berfungsi sebagai penanggung jawab, pelaksana, dan supervisi, tetapi juga diharapkan untuk berinovasi untuk peningkatan kualitas. PPK Julian Situmorang juga berbagi korespondensi tentang inovasi yang paling berkesan dalam pelaksanaan pembangunan Jembatan Kretek II.
PPK Julian menjabarkan dua inovasi yang paling berkesan diantara banyaknya inovasi dan keunikan yang terdapat pada Jembatan ini. Pertama adalah inovasi Metoda Konstruksi dengan penimbunan sementara. Dań inovasi kedua adalah inovasi penggunaaan temporary pedestal guna mengantisipasi risiko ketertinggalan progres Konstruksi. Masing-masing inovasi tersebut dijabarkan lebih lanjut oleh PPK Julian sebagai berikut:
1. Inovasi Metoda Konstruksi dengan melakukan penimbunan sementara pada badan sungai dilaksanakan guna mempercepat proses pekerjaan pondasi bor pile (lihat Gambar 9). Dengan menggunakan metoda ini, terdapat dua manfaat yang dihasilkan. Pertama adalah manfaat dalam penghematan waktu hingga 20% yang dihasilkan dengan metoda ini. Kedua, dengan adanya timbunan sementara, tim pelaksana mendapatkan keuntungan karena dapat memposisikan girder di sebelah lokasi terpasang. Sehingga proses erection menjadi jauh lebih cepat. Setelah pekerjaan pondasi, pilar, dan erection girder selesai, pembokaran material timbunan dapat dilakukan. Hal-hal tersebut diatas terlaksana dengan adanya koordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak sebagai pengelola Sungai Opak.
Gambar 9. Temporary Embankment untuk metode kerja (sumber : Dokumentasi Proyek)
2. Inovasi Metoda Konstruksi pemasangan dan inovasi komponen Lead Rubber Bearing (LRB). LRB yang digunakan pada Jembatan Kretek II merupakan produksi pabrik Indonesia, dan merupakan produksi pertama dalam skala besar di Indonesia. Dikarenakan suatu hal, terdapat keterlambatan produksi LRB yang berpotensi mengakibatkan keterlambatan penyelesaian konstruksi Jembatan Kretek II. Tim melakukan inovasi dengan melakukan penyesuaian metoda erection girder. Awalnya, LRB direncanakan harus sudah terpasang di girder pada saat erection, tetapi metoda disesuaikan dengan melakukan pemasangan temporary pedestal di bagian pilar (lihat Gambar 10). Sehingga pada saat LRB tiba di lokasi konstruksi, dapat segera dilakukan proses instalasi. Dengan inovasi metoda ini, keterlambatan pada saat pelaksanaan dapat dihindari.
Gambar 10. Temporary Pedestal (sumber: Dokumentasi Proyek)
Julian Situmorang adalah salah satu seorang ahli teknik sipil yang telah berkecimpung di pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan di Indonesia selama lebih dari 10 tahun. Lulus dari jurusan Teknik Sipil di Institut Teknologi Bandung, Indonesia, Julian memutuskan untuk berkarir di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan (PUPR). Setelah aktif bekerja di proyek selama 7 tahun, PPK Julian melanjutkan studi master pada jurusan Magister Sistem dan Teknik Transportasi di Universitas Gadjah Mada, Indonesia.
Ali BAWONO adalah penulis aktif dan pakar urban dan transportasi dengan pengalaman profesional lebih dari 12 tahun. Bawono aktif pada Insititut Penelitian dan Pengembangan Electromobility for Megacities di perusahaan TUMCREATE yang berlokasi di Singapura. Bawono telah menyelesaikan studi Doktoral S3 di bidang Teknik Sipil Electromobility dari Technical University of Munich dan dalam bidang Material Science di Nanyang Tecnological University (NTU) of Singapore. Sebelumnya, Bawono menyelesaikan pendidikan S1 bidang Teknik Sipil di Institut Teknologi Bandung, dan S2 bidang Sistem Transportasi di TUM Jerman.
Berikan komentarmu dan atau saran untuk meningkatkan kualitas artikel ini di kolom komentar! Anda juga dapat membagikan artikel ini kepada teman-teman atau kerabat yang sedang mencari informasi terkait melalui link sharing pada judul artikel.