Kami menggunakan cookies untuk membuat pengalaman Anda lebih baik. Untuk mematuhi petunjuk e-Pribadi yang baru, kami perlu meminta persetujuan Anda untuk menyetel cookies. Pelajari lebih lanjut .
Salah satu parameter penting dari aspek fungsional terkait dengan keselamatan dan kenyamanan berkendara di jalan raya adalah parameter kekesatan atau ketahanan gesek antara permukaan ban kendaraan dan permukaan perkerasan jalan. Karakteristik permukaan perkerasan jalan harus selalu dijaga dalam keadaan optimum.
Beberapa literatur melaporkan bahwa bahaya kecelakaan akibat permukaan jalan yang licin atau pada keadaan basah dapat terjadi pada permukaan jalan mempunyai nilai kelicinan yang kurang dari batas-batas tertentu. Bila permukaan jalan cenderung licin dan tidak memiliki kekesatan, maka diperlukan penanganan agar tidak mengakibatkan kecelakaan yang dapat menimbulkan kerugian dan mengancam keselamatan pengendara. Kekesatan pada permukaan jalan dapat menurunkan risiko terjadinya slip pada kendaraan, baik ketika dalam keadaan kering maupun basah.
Faktor kekesatan dapat ditemukan pada tekstur permukaan jalan. Tekstur ini berasal dari tekstur agregat yang digunakan dalam struktur perkerasan jalan. Alat untuk menguji kekesatan antara lain British Pendulum Tester (BPT).
Kekesatan jalan sangat bergantung pada desain tekstur permukaan jalan. Tekstur ini dapat diperoleh dari tekstur aggregate yang digunakan pada struktur jalan. Berdasarkan studi, ada dua level tekstur yang terkait dengan kekesatan jalan, yaitu mikrotekstur dan makrotekstur. Lihat Gambar 1 dan Gambar 2. Flintsch (2002) melaporkan bahwa terdapat dampak pada koefisien gesekan dan kecepatan slip yang berasal dari kombinasi mikrotekstur dan makrotekstur. Studi NCHRP (2000) melaporkan bahwa angularity dan bentuk dari agregat halus mendefinisikan karakter mikrotekstur. Sedangkan angularity dan bentuk dari agregat kasar mendefinisikan karakter makrotekstur.
Mikrotekstur didenisikan pada wavelength λ < 0.5 mm dan amplitude A = 1 to 500 μm. Sedangkan Macrotexture didefiniskan pada wavelength λ = 0.5 to 50 mm dan amplitudo A = 0.1 to 20 mm. Kualitas dari tekstur juga dipengaruhi property dari mixture seperti bentuk, ukuran, dan gradasi agregat (2000).
Gambar 1. Level tekstur pada permukaan jalan
Gambar 2. Fakto mikrotekstur dan makrotekstur pada gaya gesek jalan
Terdapat berbagai tipe uji kekesatan jalan, diantaranya test dengan metoda keadaan berjalan yang menggunakan metoda berbasis locked wheel testers, side force, fixed slip, dan variable slip. Sedangkan uji dalam keadaan diam diantaranya adalah British Pendulum Test (BPT). Uji BPT salah satu yang paling umum digunakan karena faktor kemudahan dan biaya yang murah.
Uji BPT dilakukan mengacu pada standar ASTM E303 (1993), pertama kali digunakan pada 1960-an. BPT merupakan alat uji jenis bandul (pendulum) dinamis untuk mengukur energi yang hilang atau diserap pada saat karet di bagian bawah telapak bandul (rubber pad) alat BPT yang menggesek permukaan yang diuji. Alat ini mengukur sifat gesekan dengan menentukan hilangnya energi kinetik dari pendulum geser atau cakram berputar ketika menyentuh permukaan perkerasan. Hilangnya energi kinetik dikonversi menjadi gaya gesek. Kecepatan slip tipikal untuk BPT biasanya diasumsikan sekitar 10 km/jam. Metode ini dapat digunakan baik di lapangan atau di laboratorium. Minimal lima tes harus dilakukan untuk setiap spesimen. Hasil tes dilaporkan sebagai Briitish Pendulum Number (BPN). Batasan nilai kekesatan yang diukur dengan alat Pendulum atau BPT dinyatakan dengan skala antara 0 dan dengan 150 BPN yang tertera pada skala ukur alat uji. Makin kesat permukaan yang diuji makin besar pembacaan BPN. Jalan di Indonesia dipersyaratkan untuk memiliki nilai kekesatan sebesar minimal 55 BPN (Sjahdanulirwan dan Dachlan, 2013).
Gambar 3. British Pendulum Tester (sumber: Matest)
ALI ARYO BAWONO adalah seorang penulis aktif yang memiliki pengalaman bekerja pada insititut penelitian dan pengembangan Electromobility for Megacities di perusahaan TUMCREATE yang berlokasi di Singapura. Bawono juga melakukan studi doktoral bidang teknik sipil di dua universitas Technical Univesity of Munich (TUM), Germany dan Nanyang Tecnological University (NTU) of Singapore. Sebelumnya, Bawono menyelesaikan pendidikan S1 teknik sipil di Institut Teknologi Bandung, dan S2 bidang transportasi di TUM jerman.
Berikan komentarmu dan atau saran untuk meningkatkan kualitas artikel ini di kolom komentar! Anda juga dapat membagikan artikel ini kepada teman-teman atau kerabat yang sedang mencari informasi terkait melalui link sharing pada judul artikel.