Kami menggunakan cookies untuk membuat pengalaman Anda lebih baik. Untuk mematuhi petunjuk e-Pribadi yang baru, kami perlu meminta persetujuan Anda untuk menyetel cookies. Pelajari lebih lanjut .
Irigasi merupakan komponen yang sangat penting dalam mewujudkan peningkatan pembangunan sektor pertanian di Indonesia. Tapi sangat disayangkan bahwa data (SDA PU, 2018) menunjukkan kalau kondisi dan fungsi prasarana irigasi di Indonesia masih belum optimal. Padahal, pertanian merupakan salah satu sektor penting yang memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional Indonesia.
Sektor pertanian di Indonesia berkontribusi dalam menyediakan bahan pangan dan bahan baku industri, penymbang PDB Indonesia, penghasil devisa, dan penyerap tenaga kerja. Dari data (Kementerian Pertanian, 2015), kontribusi sektor pertanian terhadap PDB rata-rata mencapai 10,26 % dengan pertumbuhan sekitar 3,90 % selama periode 2010-2014.
Gambar 1 Irigasi Sawah di Padang, Sumatera Barat (Kementerian PUPR, 2018)
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 tahun 2006, irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pengembangan air irigasi untuk menunjang pertanian. Secara teknis, irigasi menyalurkan air melalui saluran-saluran ke tanah pertanian dan kemudian sisa air yang sudah digunakan disalurkan kembali ke saluran pembuangan.
Perkembangan sistem irigasi yang diterapkan di Indonesia dimulai saat masuknya bangsa Eropa ke Pulau Jawa. Irigasi lahir bersamaan dengan sistem pelaksanaan tanam paksa (Cultuurstellsel) saat masa kolonial Belanda. Sistem pengelolaan irigasi pada masa colonial tersebut memberikan dasar-dasar pengelolaan irigasi yang diterapkan sampai sekarang. Setelah itu, pembangunan bidang irigasi dilakukan secara besar-besaran sejak masa orde baru demi memperkuat sektor pangan di Indonesia sampai sekarang (Angoedi, 1984).
Sistem irigasi di Indonesia berkembang sampai sekarang. Sistem irigasi yang diterapkan di Indonesia sangat bervarias bergantung pada jenis tanaman, kondisi lahan dan air, cuaca, ekonom, dan faktor budaya. Sistem irigasi yang ada di Indonesia terdiri atas lima tipe (Rizal, 2012) yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Sistem irigasi permukaan mengambil air langsung di sungai melalui bangunan bendung ataupun pengambilan bebas. Kemudian, air dialirkan dengan memanfaatkan tenaga gravitasi melalui saluran sampai ke lahan pertanian. Sistem ini merupakan sistem irigasi tradisional yang paling banyak digunakan pada sawah-sawah besar di Indonesia, dapat dilihat pada Gambar 2. Sistem irigasi ini memiliki kelebihan sederhana dan murah, tetapi pemanfaatan sistem irigasi permukaan banyak kehilangan air dibandingkan yang dapat digunakan untuk irigasi.
Sistem ini memanfaatkan pipa dalam mengalirkan air. Sistem irigasi ini juga memanfaatkan tenaga gravitasi untuk mengalirkan air menuju sawah, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.
Sistem irigasi dengan pompa air adalah sistem yang mengalirkan air dengan menggunakan tenaga mesin berupa pompa. Pengaliran dengan menggunakan pompa air (Gambar 4) biasanya kebutuhan topografi sawah yang lebih tinggi dari sumber air. Kemuidan, air biasanya dialirkan dengan pipa atau saluran. Kelebihan lain dari sistem ini adalah tetap mampu mengairi sawah pada musim kemarau. Tapi, sistem irigasi dengan pompa air memiliki pemeliharaan yang lebih kompleks sehingga membutuhkan teknisi dalam perawatannya.
Sistem irigasi penyemprotan/sprinkle ini menyemprotkan air yang diubah menjadi seperti kabut (Gambar 5). Tanaman akan menerima sumber air dari yang paling atas terlebih dahulu, kemudian mengalir sampai ke tanah dan akar. Sistem irigasi dengan penyemprotan lebih hemat air dibandingkan sistem irigasi sederhana karena terkena pada tanaman sesuai kebutuhannya, tapi biaya pemasangan masih mahal. Irigasi sprinkle biasa digunakan pada usaha tani dengan Teknik budidaya tanaman tertentu.
Irigasi ini merupakan sistem irigasi paling modern yang ada di Indonesia. Pemanfaatan jumlah air paling efisien karena ditetapkan berdasarkan kebutuhan tanaman dan kemampuan tanah memegang air. Irigas tetes juga menggunakan mesin pompa untuk mengaliri air, tapi disalurkan dengan jumlah yang diatur, dapat dilihat pada Gambar 6. Tapi, irigasi tetes memiliki kekurangan yaitu biaya pemasangan yang mahal dan sulit. Irigasi tetes biasa digunakan pada sawah yang ditanam dengan tanaman ekonomis.
Gambar 2 Sistem Irigasi Permukaan (Pacific Sout West Irrigation, 2016)
Gambar 3 Sistem Irigasi Pipanisasi (Cobco, LLC Agricultural Irrigation, 2019)
Gambar 4 Pompa Air untuk Irigasi (Deebloo, 2017)
Gambar 5 Sistem Irigasi dengan Penyemprotan (Indiamart, 2010)
Gambar 6 Sistem Irigasi Tetes (MaximumYield Inc, 2019)
Dalam mendesain sistem irigasi, tahapan yang harus diperhatikan adalah:
Gambar 7 Bangunan Irigasi Sistem Irigasi Permukaan (Kementerian PUPR, 2019)
Penulis
MARTIN AMERIGO merupakan salah satu penulis aktif yang saat ini sedang melakukan studi S1 teknik sipil di Institut Teknologi Bandung. Diluar aktivitas akademik, Martin meluangkan waktu untuk hobinya dalam olahraga sepakbola, dan dia sangat aktif dalam kegiatan ekstrakurikular, diantaranya adalah dengan menjadi salah satu panitia acara ITB Civil Engineering Expo 2019, dan juga pada acara The Second Conference for Civil Engineering Research Network 2018.
Komentar dan Bagikan
Berikan komentarmu dan atau saran untuk meningkatkan kualitas artikel ini di kolom komentar! Anda juga dapat membagikan artikel ini kepada teman-teman atau kerabat yang sedang mencari informasi terkait melalui link sharing pada judul artikel.
Terima kasih para pembaca DepoBeta!