Kami menggunakan cookies untuk membuat pengalaman Anda lebih baik. Untuk mematuhi petunjuk e-Pribadi yang baru, kami perlu meminta persetujuan Anda untuk menyetel cookies. Pelajari lebih lanjut .
Ketika kita berkendara mungkin akan mengalami guncangan yang mengakibatkan ketidaknyamanan. Salah satu penyebab guncangan tersebut adalah ketidakrataan jalan. Kerataan jalan perkerasan umumnya didefinisikan sebagai ketidakteraturan pada permukaan jalan (bergelombang) yang mempengaruhi kualitas berkendara pada kendaraan (dan juga dirasakan oleh pengendara/penumpang). Kerataan jalan merupakan karakteristik perkerasan jalan yang penting karena mempengaruhi tidak hanya kualitas berkendara tetapi juga biaya penundaan kendaraan pada pengguna (user delay cost), konsumsi bahan bakar dan biaya perawatan.
Penyebab jalan bergelombang sangat bervariasi, diantaranya faktor beban lalu lintas, terutama bila jalan dilalui dengan kendaraan over dimension dan over loading (ODOL), permukaan perkerasan atau lapis pondasi yang tidak stabil karena kadar aspal terlalu tinggi, agregat halus terlalu banyak, agregat berbentuk bulat dan licin, semen aspal terlalu lunak, kadar air terlalu tinggi, kurangnya pemadatan lapis permukaan dan pondasi, dan kualitas aspal rendah.
Artikel kali ini akan membahas ketidakrataan jalan. Definisi kerataan jalan, bagaimana harusnya kerataan jalan didesain, hingga bagaimana cara mengukur kerataan jalan akan dibahas tuntas.
Pengukuran kerataan jalan di Indonesia menggunakan standar International Roughness Index (IRI) atau Indeks Kerataan International. Standar IRI merupakan standar yang cukup umum digunakan oleh pengelola jalan atau pemerintah di berbagai negara. Akan tetapi, standar IRI bukanlah satu-satunya, standar ini hanya salah satu metoda dari berbagai standar pengukuran kerataan jalan yang saat ini digunakan di dunia.
Standar IRI pada mulanya dibuat oleh Bank Dunia sekitar tahun 1980. Standar IRI ini digunakan untuk mendefinisikan karakteristik penampang longitudinal pada suat jalan. Satuan unit yang digunakan adalah meter per kilometer (m/km) atau milimeter/m. Pengukuran ini didasarkan pada rata-rata kemiringan yang tercatat. Bank Dunia juga memberikan acuan nilai IRI terkait pada kondisi jalan yang memiliki kerataan, acuan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Adapun alat pengukuran IRI pada umumnya ditempatkan pada roda kendaraan mobil atau sejenisnya, dengan menggunakan skema sebagaimana dijelaskan pada Gambar 2.
Standar kerataan lain yang umum digunakan adalah Present Serviceability Rating (PSR). Standar PSR yang juga dikenal dengan AASHO Road Test dibuat oleh Highway Research Board. Pada dasarnya standar ini didasarkan pada interpretasi pengendara / penumpang kendaraan dalam berkendara. Interpretasi ini didinilai sebagai refleksi pengukuran kerataaan jalan karena kerataan jalan sangat mempengaruhi kenyamanan berkendara. Standar PSR ini mengacu pada pengukuran berbasis observasi individual. Peniliai observasi harus memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam pengukurannya. Penilai PSR menggunakan alat yang disebut test track dan menilai dengan skala nilai 5 (sangat bagus) hingga 0 (sangat buruk). Lihat Gambar 3 sebagai referensi.
Gambar 1. Kerataan Jalan dengan Skala IRI (sumber: sayer 1986)
Gambar 2. Skema pengukuran IRI (Sumber: William Buttlar dan Shahidul Islam, 2014)
Gambar 3. Skala PSR
Metoda pengukuran kerataan jalan juga dapat menggukan cara alternatif, diantaranya yaitu rod and level survey, dipstick profiler, profilograph (lihat Gambar 4), response type road roughness meters, dan profiling devices. Metoda-metoda tersebut memiliki tingkat kesulitan yang berbeda dalam hal teknis. Metoda tersebut diringkas dalam table sebagai berikut:
Tabel 1. Alat dan atau metoda pengukur kerataan jalan
Alat / Metoda |
Tingkat Kesulitan |
Rod and level survey |
Sangat mudah |
Dipstick profiler |
Sangat mudah |
Profilograph |
Mudah |
Response type road roughness meters |
Sulit |
Profiling devices |
Sangat Sulit |
Gambar 4. Profilograph untuk mengukur kerataan jalan (sumber: smoothroad)
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, kerataan jalan di Indonesia menggunakan standar IRI. Pada jalan nasional, kerataan jalan diukur secara periodik dan dijaga kualitasnya oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan (PUPR). Terlebih lagi, kerataan jalan menjadi salah satu indikator utama pada kualitas jalan di Indonesia. Nilai IRI menjadi salah satu indikator bagi pemerintah dalam menentukan apakah suatu jalan sudah dalam keadaan baik. Indikator ini menentukan apakah suatau jalan perlu mendapatkan penanganan atau tidak.
Total panjang jalan nasional di Indonesia adalah kurang lebih 40.000 km. Kondisi mantap jalan nasional dinilai berdasarkan proporsi (%) dari panjang jalan nasional. Terdapat beberapa kategori kondisi jalan, termasuk diantaranya kategori kondisi Baik dan Sedang. Kategori kondisi Bbaik dan Sedang yaitu kondisi jalan yang memiliki kerataan permukaan yang memadai bagi kendaraan untuk dapat dilalui oleh kendaraan dengan cepat, aman dan nyaman. Penilaian kategori kondisi berdasarkan nilai IRI, yaitu di bawah 4 untuk kondisi Baik dan di bawah 8 untuk kondisi Sedang. Pengukuran kondisi kerataan jalan menggunakan alat roughometer dengan satuan IRI yang menyatakan akumulasi naik turunnya muka jalan sepanjang 1 kilometer jalan (m/km). Sebagaimana dikutip dari situs BPS, kondisi jalan nasional berada dalam kondisi baik dengan persentasi hingga 95% (lihat Gambar 4).
Gambar 5. Persentase Panjang jalan nasional dalam kondisi Mantap tahun 2011 – 2015 (sumber: BPS)
Dr.-Ing Ali Bawono adalah penulis aktif dan pakar urban dan transportasi dengan pengalaman profesional lebih dari 12 tahun. Bawono aktif pada Insititut Penelitian dan Pengembangan Electromobility for Megacities di perusahaan TUMCREATE yang berlokasi di Singapura. Bawono telah menyelesaikan studi Doktoral S3 di universitasTechnical University of Munich (TUM) dalam bidang Teknik Sipil Electromobility dan Nanyang Tecnological University (NTU) of Singapore dalam bidang Material Science. Sebelumnya, Bawono menyelesaikan pendidikan S1 Teknik Sipil di Institut Teknologi Bandung, dan S2 bidang Transportation System di TUM Jerman. Bawono memiliki interest pada bidang sustainable infrastructure, sustainable material, electrified roadway, electromobility, dan renewable energy.
Berikan komentarmu dan atau saran untuk meningkatkan kualitas artikel ini di kolom komentar! Anda juga dapat membagikan artikel ini kepada teman-teman atau kerabat yang sedang mencari informasi terkait melalui link sharing pada judul artikel.