Desain Struktur Perkerasan Jalan Aspal Sesuai Peraturan Bina Marga Kementerian PUPR

Desain Struktur Perkerasan Jalan Aspal Sesuai Peraturan Bina Marga Kementerian PUPR

 

Perkerasan lentur atau juga dikenal secara umum sebagai perkerasan aspal merupakan jenis perkerasan yang paling banyak digunakan di Indonesia. Hal ini dikarenakan banyaknya sumber material aspal di Indonesia, dan juga perkerasan aspal dinilai lebih nyaman bagi para pengendara bila dibandingkan jalan beton. Desain perkerasan jalan lentur di Indonesia mengacu pada manual desain perkerasan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan. Tercatat dari historisnya, manual ini telah beberapa kali direvisi guna meningkatkan kualitas dari desain perkerasan jalan lentur.

 

Manual desain perkerasan (MDP) mengatur tata cara dan metoda desain dengan pendekatan mekanistik empiris, yang mengacu pada perkembangan metoda desain yang digunakan oleh negara-negara berkembang. Metoda ini mengkombinasikan analisis struktur perkerasan dengan menggunakan prinsip mekanik untuk memprediksi kinerja struktur berdasarkan pemngalaman empiris. Guna mendapatkan hasil desain yang optimal, input parameter desain dari material, beban lalu lintas, serta pengujian ekstensif di lapangan dan di laboratorium yang akurat diperlukan. Manual desain perkerasan ini dilengkapi dengan berbagai tabular atau katalog yang dapat digunakan dengan mudah berdasarkan input yang didapat.

 

Dalam MDP juga diatur berbagai parameter desain diantaranya umur rencana, pemilihan struktur perkerasan, analisis lalu lintas, drainase perkerasan, fondasi jalan, dan desain perkerasan serta dilengkapi dengan diskusi permasalahan pelaksanaan secara umum yang dapat mempengaruhi desain perkerasan.

 

PROSEDUR DESAIN PERKERASAN LENTUR

Prosedur desain perkerasan berdasarkan MDP adalah

  1. Tentukan umur rencana.
  2. Tentukan nilai-nilai ESA4 dan atau ESA5 sesuai umur rencana yang dipilih.
  3. Tentukan tipe perkerasan berdasarkan pertimbangan biaya (discounted life-cycle cost).
  4. Tentukan segmen tanah dasar dengan daya dukung yang seragam.
  5. Tentukan struktur fondasi perkerasan.
  6. Tentukan struktur perkerasan.
  7. Tentukan standar drainase bawah permukaan.
  8. Tetapkan kebutuhan daya dukung tepi perkerasan.
  9. Tentukan kebutuhan pelapisan (sealing) bahu jalan.
  10. Ulangi langkah 5 sampai 9 untuk setiap segmen yang seragam.

 

Dalam MDP dijelaskan tipikal desain perkerasan lentur. Sebagai contoh, Gambar 1 menjelaskan desain perkasan lentur yang dibangun diatas permukaan tanah asli (at grade), mencakup lapis pondasi dan lapis perkerasan. Terlebih lagi, MDP juga menjelaskan tipikal desain perkerasan lentur yang dibangun pada daerah timbunan dan daerah galian.

 

Gambar 1 Tipikal Desain Perkerasan Lentur pada permukaan tanah asli (at grade)

 

Secara umum, pemilihan jenis perkerasan bervariasi berdasarkan input volume lalu lintas (lihat Tabel 1), umur rencana (lihat artikel tentang umur rencana), dan kondisi fondasi jalan. Dalam MDP disajikan katalog desain (lihat Tabel 2) yang menjelaskan jenis struktur perkerasan serta petunjuk bagan desain yang harus digunakan berdasarkan beban lalu lintas yang mengacu pada beban standar gandar atau equivalent standard axle load (ESA).

 

Dengan referensi beban lalu lintas dan jenis struktur perkerasan, maka desainer akan dituntun untuk melihat katalog bagan desain (3 hingga 7). Dalam perencanannya, desainer juga diberikan suatu petunjuk tentang kualitas dan atau skala dari kontraktor pelaksana yang dapat membangun jalan tersebut, diantaranya (1) kontraktor skala medium, (2) kontraktor skala besar, (3) kontraktor dengan keahlian khusus.

 

Kelas Jalan

Jawa

Sumatera

Kalimantan

Rata-rata Indonesia

Arteri dan perkotaan

4.80

4.83

5.14

4.75

Kolektor rural

3.50

3.50

3.50

3.50

Jalan desa

1.00

1.00

1.00

1.00

Tabel 1 Estimasi pertumbuhan lalu lintas

 

Struktur Perkerasan Bagan Desain ESA (juta) dalam 20 tahun (pangkat 4 kecuali ditentukan lain)
0 – 0,5 0,1 – 4 >4 - 10 >10 – 30 >30 - 200
Perkerasan kaku dengan lalu lintas berat (di atas tanah dengan CBR ≥ 2,5%)  4  -  -  2  2  2
Perkerasan kaku dengan lalu lintas rendah (daerah pedesaan dan perkotaan)  4A  -  1, 2  -  -  -
AC WC modifikasi atau SMA modifikasi dengan CTB (ESA pangkat 5)  3  -  -  -  2  2
AC dengan CTB (ESA pangkat 5) 3 - - - 2 2
AC tebal ≥ 100 mm dengan lapis fondasi berbutir (ESA pangkat 5)  3B  -  1, 2  1, 2  2  2
AC atau HRS tipis di atas lapis fondasi berbutir (ESA pangkat 5)  3A  -  1, 2  -  -  -
Burda atau Burtu dengan LFA Kelas A atau batuan asli 5 3 3 - - -
Lapis Fondasi Soil Cement 6 1 1 - - -
Perkerasan tanpa penutup (Japat, jalan kerikil) 7 1 - - - -

Tabel 2 Pemilihan jenis struktur perkerasan dalam MDP

 

Ketika desainer sudah menentukan jenis struktur berdasarkan beban lalu lintasnya, maka akan dituntun untuk melihat katalog began desain tertentu. Salah satu contoh katalog adalah bagan desain perkerasan lentur dengan lapis CTB (lihat Tabel 3). Dalam katalog ini diatur desain tebal perkerasan berdasarkan beban lalu lintasnya (F1 – F5). Adapun tebal lapis yang diatur dijabarkan menjadi lapis AC WC (asphalt concrete wearing course), AC BC (binder course), AC Base, CTB (cement treated base), dan lapis fondasi agregat Kelas A. Sehingga desainer perencana menjadi lebih mudah dalam menentukan desain perkerasan dengan detail jenis dan tebal perkerasannya.

 

  F1 F2 F3 F4 F5
Repetisi beban sumbu kumulatif
20 tahun pada lajur rencana
(106 ESA5)
> 10 - 30 > 30 – 50 > 50 – 100 > 100 – 200 > 200 – 500
Jenis permukaan berpengikat AC AC
Jenis lapis Fondasi Cement Treated Base (CTB)
 

AC WC

40

40

40

50

50

AC BC

60

60

60

60

60

AC BC atau AC Base

75

100

125

160

220

CTB

150

150

150

150

150

Fondasi Agregat Kelas A

150

150

150

150

150

Table 3 Bagan desain perkerasan lentur dengan lapis CTB

 

Sebagai kesimpulan, manual desain perkerasan (MDP) yang dikeluarkan oleh Ditjen Bina Marga merupakan manual yang cungkup ringkas dan mudah dipahami. Manual ini dilengkapi dengan berbagai parameter sesuai kondisi yang umum ditemukan di Indonesia. MDP juga menyertakan berbagai katalog desain parameter yang memudahkan para desainer untuk membuat desain jalan perkerasan lentur. MDP juga dilengkapi dengan contoh perencanaan desain yang dapat diikuti dengan mudah.

 

Bilamana terdapat suatu kondisi khusus yang tidak memungkinkan penggunaan katalog secara langsung, pembuatan desain tetap dapat dilakukan dengan menggunakan metoda mekanistik empiris yang dijelaskan dalam MDP.

 


REFERENSI

  1. Direktorat Jenderal Bina Marga. 2013. Manual Desain Perkerasan Jalan. Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia.
  2. Direktorat Jenderal Bina Marga. 2017. Manual Desain Perkerasan Jalan. Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia.
  3. Onlyyouqi. 2020. Freepik images.

PENULIS

ALI ARYO BAWONO adalah seorang penulis aktif yang juga pakar dalam bidang Sustainable Transport dan Sustainable Infrastructure yang memiliki pengalaman international. Dr Bawono menyelesaikan studi doktoral pada bidang Teknik Sipil dengan fokus Electromobility di Technical Univesity of Munich (TUM), Germany dan fokus Material Science di Nanyang Technological University (NTU) of Singapore. Sebelumnya, Bawono menyelesaikan pendidikan S1 Teknik Sipil di Institut Teknologi Bandung, dan S2 bidang Transportation System di TUM.


KOMENTAR & BAGIKAN

Berikan komentarmu dan atau saran untuk meningkatkan kualitas artikel ini di kolom komentar! Anda juga dapat membagikan artikel ini kepada teman-teman atau kerabat yang sedang mencari informasi terkait melalui link sharing pada judul artikel.


Terima kasih telah membaca Beta Infrastructure Review