Kami menggunakan cookies untuk membuat pengalaman Anda lebih baik. Untuk mematuhi petunjuk e-Pribadi yang baru, kami perlu meminta persetujuan Anda untuk menyetel cookies. Pelajari lebih lanjut .
Bronjong, atau juga biasa disebut sebagai gabion dalam bahasa inggris, berasal dari kata Italia kuno, gabbione, yang berarti "sangkar besar". Sekitar 7000 tahun yang lalu, bronjong digunakan sebagai elemen struktur untuk melindungi tepi sungai Nil. Di abad pertengahan, bronjong banyak digunakan sebagai benteng militer. Kemudian, dimasa mendatang insinyur sipil menggunakan bronjong untuk stabilisasi dinding, pantai, jalan raya, dan pengendalian erosi lereng. Bronjong atau gabion, adalah suatu anyaman yang umumnya berbentuk kotak persegi yang terbuat dari kawat baja yang yang dilapisi dengan seng atau galvanis. Bagian dalam dari kotak anyaman diisi dengan batu-batu berukuran sedang hingga besar.
Artikel kali ini membahas material yang digunakan pada bronjong, keunggulan dan kekurangan bronjong, serta contoh penggunaan bronjong sebagai penahan longsor dan juga sebagai elemen arstiektural.
Bronjong umumnya terbuat dari anyaman material kawat baja yang dibuat dengan teknik lilitan ganda yang membentuk lubang-lubang berbentuk segi enam. Anyaman ini diikat secara kuat pada setiap sisi sehingga tidak mudah terurai. Ikatan anyaman inilah yang membuat bronjong mampu menahan tanah sehingga tidak terjadi longsor atau erosi. Kawat yang digunakan biasanya menggunakan material baja berlapis galvanis sehingga kawat tidak mudah berkarat. Dikarenakan kekuatan kawat baja yang cukup tinggi, maka proses penganyaman dan pembentukan bronjong membutuhkan tenaga mesin pada umumnya. Kekuatan dari bronjong sendiri terletak pada kekuatan tarik (tensile strength).
Bronjong atau gabion memiliki keunggulan, diantaranya:
Adapun kekurangan dari bronjong adalah:
Salah satu fungsi utama bronjong adalah untuk penahan longsor pada lereng. Keberadaan air pada suatu lereng dengan kondisi tanah lempung plastisitas tinggi dan disertai besarnya beban hidup (kendaraan) dapat mengakibatkan kelongsoran. Bronjong dapat digunakan pada kaki lereng sebagai penahan beban. Lihat Gambar 1.
Bronjong seringkali digunakan karena dapat menahan gerakan baik vertikal maupun horizontal. Dengan sifat bronjong yang dapat meloloskan air (permeable) merupakan suatu keuntungan tersendiri. Karena air dapat terus melewati bebatuan pada isi bronjong, sementara pergerakan tanah dapat ditahan oleh bronjong. Selain untuk menahan longsoran, bronjong dapat digunakan untuk mencegah erosi tanah, dan dapat meningkatkan stabilitas lereng secara efektif. Contoh desain penampang lereng sebelum longsor dan penanganan sesudahnya dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.
Gambar 1. Bronjong sebagai penahan longsor (Sumber: Goetech.ch)
Gambar 2. Penampang lereng sebelum longsor (sumber: Murri et al)
Gambar 3. Desain bronjong pada penampang lereng untuk penanganan longsor (sumber: Murri et al)
Pada masa kini, bronjong seringkali dimanfaatkan sebagai dekorasi elemen arsitektural pada bangunan. Tampilan bronjong dapat diekspose sebagaimana adanya atau dengan modifikasi. Modifikasi dapat dilakukan secara bervariasi, misalnya dengan menggunakan batu dengan warna yang berbeda dan juga menggunakan bentuk kawat yang lebih menarik seperti hexagonal, segitiga, ataupun persegi.
Beberapa elemen struktur yang dapat menggunakan bronjong antara lain pada dinding bangunan, pagar bangunan, maupun pada furniture. Sebagai contoh ilustrasi dari penjelasan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4, Gambar 5, dan Gambar 6.
Gambar 4. Bronjong digunakan sebagai dinding (sumber: Arsitag)
Gambar 5. Bronjong digunakan sebagai furniture meja dan kursi (sumber: Pinterest)
Gambar 6. Bronjong digunakan sebagai pagar (sumber: www.southwestboulder.com)
Penulis
ALI BAWONO adalah seorang penulis aktif yang memiliki pengalaman kerja lebih dari 10 tahun di bidang infrastruktur, termasuk penelitian dan pengembangan Electromobility for Megacities di perusahaan TUMCREATE yang berlokasi di Singapura. Bawono menyelesaikan studi doktoral bidang Infrastruktur di Technical University of Munich (TUM), Germany dan bidang Material Science di Nanyang Technological University (NTU) of Singapore. Sebelumnya, Bawono menyelesaikan pendidikan S1 Teknik Sipil di Institut Teknologi Bandung, dan S2 bidang Sistem Transportasi di TUM, Germany.
Komentar dan Bagikan
Berikan komentarmu dan atau saran untuk meningkatkan kualitas artikel ini di kolom komentar! Anda juga dapat membagikan artikel ini kepada teman-teman atau kerabat yang sedang mencari informasi terkait melalui link sharing pada judul artikel.
Terima kasih para pembaca DepoBeta!