Kami menggunakan cookies untuk membuat pengalaman Anda lebih baik. Untuk mematuhi petunjuk e-Pribadi yang baru, kami perlu meminta persetujuan Anda untuk menyetel cookies. Pelajari lebih lanjut .
PT KCIC berkontribusi bagi pengembangan transportasi kereta api di Indonesia. Salah satu proyek teranyar adalah Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB). Untuk menunjang mobilitas masyarakat, PT KCIC mengembangkan dan mengintegrasikan Kawasan Transit Oriented Development (TOD) seperti Tawaga Luar, Kotawana dan Halim Superblock. Pada saat ini, KCJB memiliki empat stasiun pemberhentian yang mencakup Tegalluar, Karawang, Padalarang, dan Halim.
Pembangunan KCJB ini memungkinkan masyarakat untuk menempuh Jakarta–Bandung dalam waktu 36 sampai 44 menit saja. Panjang Trase KCJB 142.3 km mencakup jalur yang berada di atas tanah (elevated), jalur yang berada di permukaan tanah (subgrade), dan 13 terowongan (tunnel).
Kereta pada proyek KCJB menggunakan tenaga listrik yang disalurkan melalui Overhead Catenary System (OCS). Pemakaian energi listrik membantu mengurangi polusi, mengurangi pemakaian bahan bakar fosil seperti BBM, dan menghemat anggaran.
Selain itu, proyek KCJB juga menggunakan sound barrier untuk mencegah kebisingan. Penggunaan sound barrier akan menurunkan tingkat kebisingan menjadi 19 sampai 39 desibel. Sound barrier akan dipasang di sepanjang jalur KCJB yang dekat dengan permukiman.
Rangkaian KCJB menggunakan generasi terbaru KCIC 400AF yang terinsipirasi dari komodo. Ornamen batik menghiasi bagian interiornya. KCJB mempunyai dua warna, yaitu kuning dan merah. Rangkaian KCJB berwarna kuning digunakan sebagai kereta inpeksi. KCJB kuning akan dioperasikan lebih dulu untuk memastikan kesiapan seluruh sistem. Sedangkan, yang berwarna merah digunakan untuk mengangkut penumpang. Sehingga, dapat mengurangi kemacetan.
Pada proyek KCJB, digunakan Bearing Pad yang berfungsi sebagai penerima dan penyalur beban dari box girder yang diakibatkan oleh deformasi geser dan deformasi rotasi. Selain itu, Bearing Pad juga memberikan manfaat sebagai peredam getaran yang akan muncul saat kereta melewati sambungan antara box girder. Terlebih lagi, Bearing Pad juga dapat meredeam gertara pada saat terjadi gempa bumi. Bearing Pad dipasang pada kolom pedestal di ujung – ujung dari box girder.
Gambar 1. Peletakan Bearing Pads (sumber: Farnanda dkk, 2020)
Pada industri infrastruktur, Bearing Pad memiliki peran yang sangat penting. Bearing Pad memiliki fungsi untuk:
Elastomeric Bearing Pad dapat menahan beban vertikal. Karena bersifat elastis, Bearing Pad dapat mengatasi beban dengan kompresi yang minimal.
Fungsi lain dari elastomeric Bearing Pad adalah menyerap perubahan panas. Sehingga, bangunan seperti jembatan dapat mengembang dan berkontraksi tanpa merusak struktur ketika terjadi perubahan suhu. Hal ini dapat mencegah terjadinya kerusakan.
Elastomeric Bearing Pad membantu menjaga stabilitas struktur sewaktu terjadi getaran karena gempa bumi atau lalu lintas.
Menyalurkan reaksi girder tanpa menyebabkan tekanan yang berlebihan pada struktur.
Pemasangan Bearing Pad harus dilakukan dengan seksama dan harus memperhatikan beberapa hal seperti kerataan, elevasi, dan posisi. Berikut ini adalah tahap pemasangan Bearing Pad pada KCJB (Farnanda, Ahmad Nurfikri & Fikri Hafidh Pratama, 2020).
Pembobokan ini dilakukan untuk membuat permukaan beton menjadi kasar. Pada bagian atasnya, akan diletakkan Bearing Pad. Tujuan dari melakukan pembobokan, yaitu membuat hasil grouting Bearing Pad menjadi kuat. Sebab, semakin kasar permukaan beton, maka semakin besar pula friction-nya.
Setelah itu, pipa blockout yang sudah dipasang harus dicabut dan dibersihkan bagian dalam lubangnya.
Tim surveyor meakukan proses marking sebelum meletakkan Bearing Pad. Proses marking yang dilakukan oleh tim surveyor meliputi as kolom pedestal dan as Bearing Pad.
Bearing Pad diangkat dengan menggunakan crane. Kemudian, Bearing Pad dipasang pada lubang pipa blockout yang sudah dicabut. Sewaktu memasang Bearing Pad, posisinya harus sesuai dengan marking dari surveyor.
Memasang formwork dilakukan dengan menggunakan kayu triplek tebal pada bagian samping Bearing Pad.
Pada tahap ini, tim surveyor harus memeriksa apakah posisi dan kerataan Bearing Pad sudah sesuai dengan marking. Mengecek posisi dilakukan dengan menggunakan meteran. Sedangkan, mengecek kerataan dilakukan dengan memakai waterpass. Tim Quality Control (QC) juga dapat memonitor proses pengecekan ini.
Setelah melakukan pengecekan, tahap selanjutnya adalah melakukan grouting. Material yang dipakai dalam proses grouting adalah campuran air dengan es batu dan semen hight strength jenis masterflow. Komposisinya adalah semen sebanyak satu sak (25 kg) dan air dingin dengan suhu sekitar 6 derajat Celsius sebanyak 4,2 Liter.
Proses mixing kedua komposisi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan ember dan alat mixer. Proses mixing dilakukan sekitar 5 menit sampai tercampur dengan rata. Jika sudah menjadi pasta, akan dilakukan proses penuangan pasta ke dalam area grouting Bearing Pad menggunakan corong. Penuangan juga dilakukan pada marking top coar.
Gambar 2. Ilustrasi Proses Mixing Semen (sumber: Geograph.ie, 2018)
Bearing Pad merupakan salah satu komponen penting pada infrastruktur. Proyek KCJB juga memasang Bearing Pad untuk meredam getaran yang timbul karena lalu lintas maupun gempa bumi. Pemilihan bahan material Bearing Pad dapat mempengaruhi performa pada operasional kereta. Sehingga, perlu dilakukan pemilihan bahan material yang sesuai dengan kebutuhan proyek.
Cindy Larasati merupakan lulusan Politeknik Negeri Sriwijaya dan memiliki pengalaman bekerja di PT PLN. Cindy merupakan pemenang 15 besar pada Lomba Penulisan Artikel Tingkat Nasional.
Berikan komentarmu dan atau saran untuk meningkatkan kualitas artikel ini di kolom komentar! Anda juga dapat membagikan artikel ini kepada teman-teman atau kerabat yang sedang mencari informasi terkait melalui link sharing pada judul artikel.